Sabtu, 26 Desember 2015

KORUPSI JALAN



Tanpa sadar kadang kita mengambil sesuatu milik publik yang bukan menjadi milik kita. Yang membedakan hanyalah seberapa banyak dan seberapa sering kita melakukannya. Dan secara jujur kita menyadari (mengakui) atau tidak? Kita tidak bisa menjadi seputih dan sesuci yang kita bayangkan. Selalu saja ada kesalahan yang kita buat entah itu kita sengaja atau tidak. Kita merasa benar dalam satu hal, tetapi sebenarnya salah dalam hal lain.

Seperti apa yang dikatakan oleh teman saya, Ahkmad Karnandi, “Di Jakarta yang padat penduduknya ini, banyak orang punya mobil. Itupun belinya secara kredit---ngutang. Sedangkan mereka tak punya lahan untuk menaruh mobilnya. Akhirnya mobil itu ditaruh di pinggir jalan; di depan rumah mereka. Sehingga membuat jalanan jadi macet. Dan itu dilakukan setiap hari. Mereka mengambil sesuatu milik publik. Dan itu namanya juga---Korupsi Jalan.”


Kamis, 15 Oktober 2015

KEGAGALAN DAN OBAT



Dalam film ‘We were Soldiers’ diceritakan tentang seorang anak perempuan yang bertanya kepada bapaknya tentang perang. Ia berkata: “Ayah, apa itu perang?” Ayah anak itu seorang tentara yang besoknya ditugaskan untuk memimpin suatu pertempuran. Sangat sulit baginya untuk menjelaskan tentang perang kepada anaknya yang masih kecil. Setelah berpikir sejenak, ia berkata dengan susah payah,  “Perang adalah sesuatu yang kita tidak ingin terjadi, tetapi hal itu terjadi.”

Dalam kehidupan sering kita menemui atau mendengar tentang kegagalan. Di saat kita berharap kesuksesan, tetapi yang terjadi adalah kegagalan. Di saat kita berharap kemenangan, tetapi yang terjadi adalah kekalahan. Rasanya pahit, sakit, kecewa dan tidak menyenangkan. 

Tetapi sebagaimana obat penyembuh rasa sakit. Meski obat itu pahit, kita menelannya juga. Meski obat itu mahal, kita membelinya juga. Meski obat itu berada di tempat jauh, kita mendatangi juga. 

Mengenai kegagalan, kita harus: Sabar-Kuat dan berusaha untuk tetap Semangat. 

Jika pintu satu tertutup, kita coba pintu yang lainnya…


Rabu, 15 Juli 2015

KESUKSESAN DAN KEMANDIRIAN



Dulu saat masih kecil  kita tak bisa makan. Lalu ibu, bapak, saudara tua, kerabat dan tetangga menyuapi kita setiap hari. Setelah beberapa tahun kita belajar (makan), kita baru bisa makan sendiri. 

Dulu saat masih kecil kita tidak bisa bicara. Lalu ibu bapak, saudara tua, kerabat, tetangga melatih kita bicara. Setelah beberapa tahun belajar, kita baru bisa bicara. 

Dulu saat masih kecil kita  tidak tahu apa-apa. Lalu ibu, bapak, saudara, kerabat, tetangga, teman, guru sekolah dan teknologi (media) memberitahu kita. Lalu dalam beberapa tahun kita dinyatakan lulus dan tahu banyak hal. 

Saat awal bekerja di instansi atau perusahaan, kita tidak tahu apa-apa. Ternyata belajar di sekolah itu belum cukup untuk bekerja. Lalu trainer, atasan, dan teman-teman melatih (memandu) kita bagaimana bekerja. Setelah beberapa bulan, kita baru bisa bekerja dengan baik sesuai standar operasi yang ada. 

Begitulah proses kesuksesan, kemandirian dan bekerja mandiri terjadi. Kita tidak bisa melakukannya sendiri. Ada banyak orang di sekitar yang terlibat dan membantu kita. Ada banyak anak tangga yang harus kita lewati. Ada banyak suka dan duka yang harus kita nikmati. Ada banyak waktu, biaya, tenaga dan pikiran yang harus kita korbankan untuk mencapai kesuksesan. Ada banyak faktor yang terlibat, baik secara langsung maupun tidak langsung yang kita tidak ketahui. Semuanya tidak serta merta, tetapi melalui proses yang rumit dan panjang. 

Sangat rumit untuk dijelaskan dengan perkataan maupun tulisan. Melainkan hanya ringkasan atau gambaran singkat. Kadang kita baru memahaminya setelah semua berlalu. Itupun dalam waktu puluhan tahun berikutnya. Bahkan kadang kita tidak pernah akan memahaminya sama sekali—selamanya. Tetapi  janganlah lupa! Bahwa semua itu terjadi atas kehendak (izin) Tuhan. 

(****Ditulis oleh: Sri Widodo, ST; 30 Juni 2015)