Jumat, 31 Januari 2014

JADILAH PEMIMPIN YANG ZUHUD JUJUR DAN ADIL



Alkisah, Raja Kisra adalah raja yang  paling adil. Suatu hari, ada seseorang membeli rumah dari orang lain. Ternyata si pembeli menemukan harta di dalam rumah itu. Lalu ia mendatangi penjual rumah itu untuk memberitahunya. 

Penjual berkata : Aku menjual rumah, dan aku tidak mau tahu kalau ternyata di dalamnya ada harta terpendamnya. Maka itu menjadi milikmu.”
“Aku harus mengembalikannya, karena itu bukan termasuk yang aku beli,” jawab pembeli.
Lama sekali keduanya bersitegang, Akhirnya mereka sepakat untuk meminta keadilan kepada raja Kisra. Ketika kedua orang tersebut mendatangi raja Kisra dan melaporkan tentang harta tersebut, raja diam dan menunduklah ia beberapa saat. Kemudian sambil mengangkat wajah, raja bertanya, “Apakah kalian memiliki anak?”

“Saya mempunyai seorang anak laki-laki yang sudah dewasa, ” sahut pembeli.
Lalu raja Kisra berkata, “Aku perintahkan kalian untuk menikahkan putri-putri kalian, agar di antara kalian ada hubungan kekeluargaan, dan gunakan harta temuan tersebut untuk kemaslahatan putera-puteri kalian.”
Maka keduanya melaksanakan apa yang diperintahkan raja Kisra. 

Diceritakan juga, bahwa  raja Kisra memberi kekuasaan di suatu daerah kepada bawahannya itu untuk mengirim upeti yang lebih dari biasanya. Maka raja Kisra tersebut  mengembalikannya dan  memerintahkan  agar bawahannya itu dipancung.
Raja Kisra menyatakan, ”Setiap pemimpin yang mengambil sesuatu dari rakyatnya dengan zalim, ia tidak akan bahagia selamanya. Keberkahan akan hilang dari buminya, dan akan menjadi petaka baginya. Kebesaran  seorang  pemimpin dilihat dari kebesaran negerinya. Kebesaran negeri didukung oleh angkatan perangnya. Kebesaran angkatan perang disebabkan dana  yang kuat, dana yang kuat didapat dari kemakmuran negeri. Dan kemakmuran suatu negeri tercipta dengan cara berlaku adil pada rakyatnya.”

Seorang bijak ditanya: Manakah yang lebih baik, pemimpin yang pemberani ataukah yang adil?”
Dia menjawab : “Apabila seorang pemimpin bisa berlaku adil, maka ia tidak memerlukan keberanian.”

****Sumber : Buku ”JANGAN BERSEDIH- 150 Cerita Hikmah Penyejuk Hati”;Mohammad A Syuropati;In Azna Book;2013

DISKUSI PROYEK ANTARIKSA KE BULAN DI STASIUN TV


Dalam sebuah diskusi antara presenter di Inggris dan  3 orang pakar ruang angkasa Amerika Serikat di sebuah stasiun TV. Ketiga Pakar Antariksa itu menceritakan dana yang begitu besar dalam rangka melakukan perjalanan ke antariksa, padahal saat yang sama dunia sedang mengalami kelaparan, kemiskinan, sakit, dan perselisihan.
Presenter TV : “Andai dana itu digunakan untuk kemakmuran Bumi, tentu akan lebih baik.”
Ketiga pakar itu membela diri dengan proyek antariksanya dan berkata, Proyek antariksa ini berdampak sangat positif pada banyak segmen kehidupan manusia, baik segi kedokteran, industri dan pertanian. Jadi pendanaan itu bukanlah hal yang sia-sia, hal itu dalam rangka pengembangan kehidupan manusia.
Diantara diskusi tersebut, tentang turunnya astronot menjejakkan kakinya di Bulan, yang perjalanan antariksa ke Bulan itu telah menghabiskan dana tidak kurang dari 100 Juta USD. Mendengar itu Presenter TV terperangah dan kaget.
Presenter TV: ”Kebodohan macam apalagi ini, dana begitu besar dibuang oleh Amerika Serikat hanya untuk bisa mendarat di Bulan?”

Pakar Antariksa menjawab: ”Tidak...! Tujuannya tidak semata menancapkan ilmu pengetahuan AS di Bulan, akan tetapi kami mempelajari kandungan yang ada di dalam Bulan itu sendiri, kamipun telah mendapat hakikat tentang bulan itu, yang jika kita berikan dana lebih dari 100 Juta USD untuk kesenangan manusia, maka kami tidak akan memberikan dana itu kepada siapapun.”
....

****Sumber : Buku “KETIKA MALAIKAT TAK BERSAYAP”;ANAS AL -HAZIMI;AL KAMIL PUBLISHING;2013

SESEORANG TIDAK LEPAS DARI PERKATAAN ORANG LAINNYA




Dalam sebuah riwayat diceritakan :
Pada suatu hari, Lukman Hakim bepergian bersama anaknya. Ia memasuki pasar dengan menaiki seekor keledai, sedangkan anaknya mengikuti dari belakang. Melihat hal itu, seseorang di berkata, Lihatlah! Orang itu benar-benar tidak punya perasaan, anaknya dibiarkan berjalan kaki.”

Mendengarkan ocehan itu, maka Lukman pun turun dari keledainya, lalu diletakkan anaknya di atas keledainya. Melihat hal yang demikian, maka orang dipasar berkata, “Lihatlah, orang tuanya berjalan kaki sedangkan anaknya enak-enak naik keledai! Sungguh anak itu nggak punya tatakrama.”

Mendengar kata-kata itu, Lukman pun terus naik ke atas keledai dan duduk di belakang anaknya. Kemudian orang-orang  pasar ramai berkata : Hai, lihat! Dua orang itu menaiki seekor keledai, apakah mereka tak sadar kalau  mereka telah menyiksa keledainya.”

Karena tidak suka mendengar percakapan seperti itu, maka Lukman dan anaknya turun dari keledai. Kemudian terdengar lagi suara orang berkata : Dua orang itu lebih memilih berjalan kaki, membiarkan keledainya tidak dikendarai.”

Dalam perjalanan pulang, Lukman Hakim menasehati anaknya tentang pandangan dan gunjingan  manusia. Katanya, “Sesungguhnya seseorang itu tidak akan lepas dari perkataan manusia. Maka orang yang berakal tidaklah memasukkan hati. Barang siapa mengenal kebenaran, maka itulah yang dijadikan pedoman.

Kemudian Lukmanul Hakim berpesan kepada anaknya. Katanya, “Wahai, anakku! Carilah rezeki yang halal supaya kamu tidak menjadi fakir. Sesungguhnya tidaklah orang itu akan fakir, melainkan tertimpa kepadanya tiga perkara, yaitu : Tipis keyakinan agamanya, Lemah akalnya (mudah tertipu dan diperdayai orang), dan Hilang kemuliaan hatinya (kepribadian-nya). Namun ada  yang lebih celaka lagi daripada tiga perkara tersebut, yaitu orang yang suka merendah-rendahkan dirinya dengan cara meminta-minta.

****Sumber : Buku ”JANGAN BERSEDIH- 150 Cerita Hikmah Penyejuk Hati”;Mohammad A Syuropati;In Azna Book;2013