Minggu, 30 Oktober 2016

SABAR DAN DOA ISTIGHFAR



Seorang teman di Facebook bertanya kepada saya di inbox. Ia menceritakan bahwa ia sedang memulia bisnis. Tetapi ada temannya yang merendahkannya. Tidak kapok. Bisnis terus tapi tidak ada berhasil. Kemudian saya memberikan jawaban saya melalu inbox.

Saya sengaja membagikan cerita ini, mudah-mudahan bermanfaat bagi teman-teman yang lain. Untuk privasi, saya sengaja merahasiakan namanya.

Berikut pembicaraan kami melalui inbox:

Fulan W:
Assalamualaikum kak

Saya menjawab:
Waalaikumsalam wr. wb.

Saya menjawab:
Ya. Ada apa Dhik W....?

Fulan W:
Kak saya mau curhat.

Saya menjawab:
Silahkan...

Fulan W:
Kak saya punya  bisnis baru mulai juga. Terus ada teman saya yang selalu merendahkan diri saya. Ia berkata, “Tidak ada kapoknya. Bisnis terus, tetapi tidak ada yang berhasil.” Dia malah seperti menyombongkan apa yang ia miliki sekarang kak.”  

Saya menjawab:
Semua itu ujian bagimu. Saya sudah banyak cerita tentang demikian. Intinya sama. Kita ingin lakukan sesuatu untuk berkembang, tetapi ada orang-orang di sekitar kita yang merendahkan, memarahi dan bahkan meminta kita untuk berhenti. Memang kita tidak tahu bagaimana menyikapi. Apakah kita ikut saran mereka? Ataukah kita berhenti dan mencari yang lain?

Dahulu saya hobi elektronika. Saya senang sekali memperbaiki peralatan elektronik tetangga. Saat itu saya senang melakukannya, mesti saya tidak dibayar. Bagaimana mau menerima dari uang mereka. Mereka saya anggap orang miskin.

Saya menyukai hobi saya dengan elektronika sejak saya SMA. Jika sudah memegang rangkaian, kadang sampai larut malam, jam 2 pagi belum tidur. Saat itu saya merasa tertantang. Saya merasa senang dan menikmati. Pernah bapak dan ibu saya memarahi, saya dianggapnya hanya buang-buang duit nggak dapat apa-apa. Saya memperbaiki peralatan tetangga nggak dapat apa-apa dan bahkan saya rugi listrik untuk soldier pemanas. Karena alasan itu saya jadi setengah-setengah. Memang benar apa yang dikatakan oleh bapak dan ibu saya. Selama itu saya nggak dapat duit.

Tetapi setelah banyak belajar dari orang-orang yang sukses. Belajar dari banyak buku motivasi. Sebenarnya bapak atau ibu saya itu salah. Saya juga salah karena mengikuti nasehat mereka. Untuk menjadi mahir dan dibayar mahal dalam elektronika, saya harus banyak membuat percobaan. Saya harus luangkan waktu untuk memperbaiki keahlian saya di bidang elektronika. Karena saya tidak kuat, akhirnya saya tidak berhasil di bidang itu.

****
Saat saya memberikan jawaban sampai di sini, tiba-tiba teman saya mengajak untuk makan Bakso Malang. Saya mengira bercanda, ternyata serius. Dengan berat hati saya ikuti ajakan teman saya. Saya berangkat bersama 3 orang ke warung. Setelah makan saya pulang dan pas shalat mahgrib. Setelah shalat di masjid, saya baru kembali membalas lagi jawaban yang masih kurang. Teman saya berkata, “Kenapa pulang dari masjid lebih awal?” Saya menjawab, “Ada sesuatu yang harus saya kerjakan di Facebook.”
  
Fulan W:
Jadi aku harus gimana kak?

Saya menjawab:
Kalau anda tanya saya, terus terang saya tidak tahu. Untuk menentukan anda berhenti atau terus dengan binis anda itu saya butuh waktu banyak. Sedangkan media ini dan waktu yang ada tidak cukup. Kalau saran saya, "Bertanyalah kepada Allah tentang apa yang harus dilakukan dalam doamu?" Nanti akan ada petunjuk yang harus kamu pelajari. Petunjuk itu datang dari orang-orang di sekitar kita. Misalnya melalui pembicaraan orang lain tanpa sengaja. Tujuan saya melatih diri anda untuk membuat keputusan sendiri. Dan keputusan itu adalah yang terbaik untuk anda.


Fulan W:
Ya Allah makasih kak atas nasehat nya aku senang sekali punya teman seperti kakak

Saya menambahkan :
Sekedar berbagi pengalaman untuk pelajaran. Kakak saya dulu saat memulai bisnis laundry banyak gangguan dan cobaan. Di saat awal, orang tua saya tidak setuju mengenai bisnis.

Orang tua saya ingin kakak saya bekerja seperti yang lainnya misalnya di perusahaan, jadi guru atau karyawan. Tetapi saya masih ingat saat kuliah. Dosen saya mengajarkan tentang Kewirausahaan. Kami mahasiswa saat dituntut untuk menciptakan usaha dan lapangan kerja. Bukan seperti zaman sebelumnya, setelah lulus kuliah lalu mencari pekerjaan. Karena saya menyadari bahwa jiwa saya tidak bisa bisnis. Saya mendukung kakak saya untuk berbisnis. Akhirnya saya membantu kakak saya dalam bisnis laundry. Padahal saya tidak menyukai bisnis laundry. Saya dulu pernah bertanya dalam hati, "Kenapa kakak saya memilih bisnis laundry?" Belakangan saya tahu. Setiap orang itu biasanya hanya ikut-ikutan. Mungkin kakak saya terinspirasi dari teman kuliahnya dulu yang bisnis laundry.

Untuk bisnis, kakak saya perlu modal uang banyak dan kekuatan. Saat itu sayalah yang di sampingnya. Saya meyakinkan orang tua saya untuk memberikan bantuan modal. Saya meyakinkan kepada orang-orang sekitar yang juga menentang kakak saya. Bertahun-tahun bisnis laundry kami berjalan. Tetapi kami belum mendapatkan keuntungan financial.

Kalau dinilai uang, kami rugi sekitar Rp50an juta atau lebih. Tetapi belum sampai Rp100juta. Bagi saya uang sejumlah itu kerugian yang banyak. Saya telah membaca cerita dari buku. Ada banyak orang yang rugi milyaran rupiah. Kerugian kami itu hanyalah kecil.

Meski begitu kami menderita juga. Pusing di kepala. Keluarga kami saling menyalahkan. Terutama orang tua saya. Sedih karena banyak kehilangan. Sedih karena tertinggal dengan teman-teman yang lain yang sudah punya ini dan itu. Saya juga pernah bertengkar dengan kakak saya. Setelah evaluasi akhirnya kami sadar. Bahwa untuk bisnis itu resikonya besar. Jika takut dengan resiko jangan jadi pebisnis. Jadi karyawan saja. Tapi kalau ingin kaya harus bisnis atau dagang.

Fulan W:
Tapi saya bisnisnya bisa lewat online atau offline kak.

Saya menjawab:
Semua bisnis intinya sama. Ada tantangan dan ujiannya. Kata yang selalu dikutip orang dalam bisnis adalah ulet, sabar, tekun. Dirut BRI Joko Santoso pernah bilang, "Orang harus PLN. Pinter, Luwes dan Nasib Baik." Prof Suyanto berkata, "Bisnis itu kalau langsung untung banyak seperti kuliah dan dapat beasiswa. Tetapi kalau rugi, kerugian itu seperti uang untuk bayar SPP."

Atasan saya mengundurkan diri dari perusahaan lama tempat ia bekerja pada tahun 2011. Karena ia ingin membuat perusahaan sendiri dengan temannya dalam bidang yang sama, konsultan kapal. Beberapa kali sebelumnya ia ingin keluar dari perusahaan. Tetapi selalu ditahan atasannya. Hingga ia diijinkan keluar di tahun itu.

Saat membuat perusahaan baru, tahun-tahun pertama sangat berat baginya. Pendapatan yang ada hanya cukup sampai bulan Desember. Saat itu teman saya banyak puasanya (menahan keinginan membeli barang). Itu berlangsung selama beberapa tahun. Baru tahun ini atasan saya memperoleh proyek yang besar. Lalu saya dihubungi untuk membantunya.

Untuk berhasil itu butuh waktu. Kita tidak tahu kapan itu dan berapa lama. Tukul Arwana sukses di televisi setelah berjuang selama 17 tahun. Itu bukan waktu yang singkat...

Dan mengenai kakak saya, saat ini belum berhasil dengan bisnis laundrynya. Tetapi kakak saya telah berhasil membentuk seorang manajer bisnis laundry muda. Ada temannya yang dulu pernah ikut di bisnis laundry. Lalu sekarang ia mengelola bisnis laundry di kota yang lain. Ia menjalankan laundry orang lain dan  lebih berhasil dari kakak saya. Pelanggan dan karyawannya lebih banyak.
Kalau dihitung uang kami memang rugi. Tetapi ada sesuatu yang tidak bisa dinilai dengan uang. Hikmah dan pengalaman. Kami telah mendapatkan sesuatu yang orang lain tidak dapatkan. Termasuk diri saya sendiri.

Dalam hal apapun kita butuh waktu, uang, modal untuk belajar. Itu semua adalah investasi yang harus kita bayar...

Fulan W:
Sekarang aku paham inti dari semua itu sabar. Berusaha dan berdoa ia kan kak?

Ya. Kata 'sabar' dan 'doa' itu harus kita ingat-ingat. Dalam hal ini saya juga berlatih sabar. Ada orang berkata, "Jika kita kehilangan kesabaran, maka saat itu kita juga telah kehilangan kekuatan."

Saya sering membaca doa istighfar. Sekedar berbagi pengalaman. Tiap kali saya baca ini : "Astaghfirullah robbal baroya Astaghfirullah minal khotoya," saya hampir selalu mendapatkan rezeki tak terduga.

Tetapi saya menjadi heran, karena rezeki itu datang dalam bentuk makanan. Entah tetangga kasih makanan atau teman saya mentraktir saya. Padahal saya berharap rezeki tak terduga itu dalam bentuk uang. Lalu saya berpikir ulang. Setiap hari saya butuh makan. Untuk makan perlu uang untuk bayar makanan/minuman. Kalau sudah dapat makanan entah itu dari teman atau tetangga, berarti saya tidak perlu lagi keluar uang untuk membeli makanan.

Saya mempunyai keyakinan Allah menurunkan rezeki itu dalam bentuk makanan melalui orang-orang di sekitar saya. Teman saya, keluarga saya, tetangga saya atau kerabat saya. Kadang juga dari orang yang tidak saya kenal.

Dan saya punya keyakinan bahwa banyak membaca istighfar untuk mendapatkan rezeki itu benar. Seperti dalam surat Nuh: "maka aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Rabb-mu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun'." – (QS.71:10) "niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat," – (QS.71:11) "dan memperbanyak harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun, dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai." – (QS.71:12) "Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah." – (QS.71:13)

****Keesokannya hari saya membuka Facebook lagi.

Fulan W:
Subhanallah..... Terimakasih ya kak atas segala nasehatnya. Semoga kakak diberi kemudahan dalam segala urusan kakak dan dilimpahkan rezeki yang barokah. Aamiin..

Saya menjawab:
Ya. Sama-sama.
****NB:
Dari Aisyah RA, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, “Wahai Aisyah, orang yang memberimu sesuatu tanpa kau memintanya maka terimalah, sebab barang itu merupakan rezeki yang diberikan oleh Allah kepadamu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar