Suatu saat teman saya membonceng saya di belakang naik
motor. Kami akan berangkat ke salah satu instansi pemerintah di Jakarta. Ada
beberapa pejabat di sana yang harus saya temui terkait pekerjaan.
Saat mulai berjalan teman saya mengatakan, “Kalau
membeli sarung tangan yang seperti ini.” Teman saya menjulurkan tangannya di
depan saya, sambil menunjukkan sarung tangan yang ia pakai. Saya kemudian
membalasnya, “Hiya. Tapi sarung tangan saya ini gratis.” Teman saya membalas,
“Saya mempunyai (membeli) beberapa sarung tangan di rumah.”
Saya tahu kebiasaan teman saya. Karena itu saat itu
saya mengira bahwa teman saya akan memberikan salah satu sarung tangannya
kepada saya. Tetapi bagaimana saya akan memakainya? Saya tidak menyukai jenis
sarung tangan seperti punya teman saya. Karena itu saya berharap ia lupa saja.
Ternyata sampai sekarang teman saya lupa. Saya yakin itu. Soalnya kejadian itu
sudah sebulan yang lalu.
Paling tidak enak itu jika kita mendapatkan pemberian
dari teman (kerabat) apa yang kita tidak suka. Sulit untuk menolaknya. Sulit
juga untuk menerimanya. Sama-sama nggak enak lah...! Atau kalau kita terima,
kita tidak akan langsung memakainya. Saat itu kita perlu banyak waktu berpikir,
‘Untuk apa? Wong saya tidak suka memakainya?’ Bagi yang sedikit kreatif,
“Kira-kira untuk siapa?” Orang itu ingin memberikan pemberian itu kepada orang
yang lebih menyukainya atau membutuhkan.
Nah kalau sudah terpaksa, biasa kita baru memakainya
setelah beberapa lama. Kalau pemberian itu dalam bentuk makanan. Kita hanya
mendiamkannya, sampai-sampai makanan itu hampir rusak.
Mengenai sarung tangan saat berkendara, saya dulu
tidak pernah memikirkannya. Saya jarang sekali melakukan perjalanan jauh di
siang hari. Ketika saya mengetahui tangan saya hitam hanya karena perjalanan
selama dua jam saya baru tergerak untuk membeli. Saya harus memilikinya untuk
berjaga-jaga saat perjalanan jauh lagi. Sarung tangan itu bagus untuk
melindungi kulit tangan saya dari sinar matahari.
Saat malam hari yang dingin, kadang saya memakainya
saat tidur. Teman saya kadang bergurau, “Mau kemana?” Saya tertawa. Teman saya
juga. Bagaimana tidak tertawa. Saya memakai kaos kaki, kaos tangan dan jaket.
Seolah saya sedang bersiap-siap untuk bepergian.
Dari beragam model sarung tangan yang beredar di
pasaran, saya lebih suka yang bagian ujungnya terbuka (terpotong). Jadi
jari-jari saya masih kelihatan. Saya juga tidak ingin semua jari saya tertutup.
Khawatir jari tangan saya panas lalu berkeringat dan bau. Saat jari-jari saya
terbuka rasanya lebih dingin karena diterpa angin. Tetapi teman saya menyukai
sarung tangan yang tertutup. Jadi semua bagian jari terlindungi dari sengatan
matahari.
Untungnya pekerjaan saya tidak menuntut saya untuk
bepergian jauh setiap hari. Karena itu sarung tangan tertutup semua atau
terbuka sebagian menjadi tidak penting. Kegunaan utama sarung tangan itu tidak
untuk melindungi jari saya dari sengatan sinar matahari. Tetapi untuk
mengalahkan rasa dingin saya di malam hari. Rumah tempat saya tinggal adalah
rumah yang luas. Banyak tersedia oksigen di dalamnya. Karena itu suasananya
cenderung dingin. Karena itu juga saya jarang menggunakan kipas angin atau AC.
Hanya sekali-kali. Hikmahnya hemat listrik dan tagihan bulanan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar